Tuesday, March 27, 2007

pahit marlboro merahmu dirindukan sangat

My Corner -- March 27, 2007


Dear Luv,

Apa kabarmu?
Kamu sungguh terlihat pantas dalam balutan kemeja batik itu. Caramu menatapku pun masih sama, penuh dukungan sayang yang tak pernah terkata-katakan. Dan tetaplah menjadi bintang di langit, hanya itu yang pernah kau sampaikan. Dalam malam-malam kesepianmu, lihatlah ke angkasa dan carilah aku di sana. Kita adalah dua insomniac yang mencari keabadian malam dan kehadiran bintang kala hujan.

Sebaliknya, dia adalah makhluk siang, matahariku. Meskipun aku belum bisa percaya penuh padanya, tapi aku sedang belajar. Sehingga tiap kali fajar datang, aku bisa tersenyum untuknya. Meletakkan separuh jiwa ini pada belai sinarnya.

Tidak kuingkari, seringkali aku terpaku pada waktu. Ingin membunuh lalu, supaya abadi keberadaan kami. Sampai kapan? Aku tidak berani bertanya lagi. Ketika senyum itu pudar dan mata itu menatap nanar. Kebingungan. Aku kembali kepada ketakutan akan kehilangannya. Yang kami tahu hanyalah, sampai tidak ada lagi sayang. Dan semoga sayang akan selalu ada, seperti ketika pertama ia tercipta. Entah kapan. Kami tidak ingat kapan saling jatuh cinta.

...
untuk rengkuhan hangat itu:
Sampai kapan kita akan berpeluk hangat?
Hawa bertanya gelisah.
Apa mau diakhiri?
Dalam manis ciuman,
bergelung dalam batasan yang entah kenapa terasa sesak, kala itu.
Sampai tidak lagi...
Adam merengkuh dengan penuh.


merindukan pahit Marlboro merah di bibirnya.

luv,
-onk-

No comments:

Post a Comment