Thursday, January 15, 2015

Sebuah Sajak Sia-Sia



Dear Luv,

Shalom Aleichem,

Pagi ini hujan turun lagi, setelah beberapa waktu yang lalu matahari memancarkan sinarnya dengan angkuh. Entah kenapa sudah beberapa waktu lamanya hujan tidak lagi ramah, atau mungkin itu hanya perasaanku saja?

Hujan selalu mengingatkanku pada yang telah lalu, dirimu, dirinya dan banyak hal lainnya. Semua yang berlalu seakan kembali menari bersama hujan, turun ke tanah lalu mengalir pergi. Dia yang lalu pernah berkata bahwa itu adalah sajak ke-sia-sia-an. Tapi bukankah ke-sia-sia-anlah yang mengajarkan kita tentang ke-ada-an?

Aku tahu aku ada ketika ke-ada-anku tidak menjadi sia-sia. Entahlah mungkin aku salah. Dia yang lalu meskipun telah mengalir pergi bukanlah sebuah sia-sia, meskipun ketika ada kami bagi dia yang lalu adalah sia-sia.

Apakah sekarang kamu tersenyum, Luv? Atau kamu justru mentertawakanku yang masih kembali menulis tentang ini?

Mari kita berbincang kembali tentang hujan, meskipun menjadi sia-sia. Lalu kembali tertawa bersama di tengah ejekan hujan.

Mencintaimu adalah (bukan) sesuatu yang sia-sia.

Luv,
-onk-