Sunday, October 7, 2007
someday I'll find you, someday you'll find me too...
Bak Air -- October 07, 2007
Dear Luv,
Dear Matahari-ku,
Lonely
The path you have chosen
And restless road, no turning back
One day you will find your light again
Don't you know
Don't let go, be strong
Someday I'll find you
Someday you'll find me too
And when I hold you close
I'll know that is true
Follow you heart
Let your love lead through the darkness
Back to a place you once knew
I believe, I believe, I believe
In you
Follow your dreams
Be yourself, an angel of kindness
There's nothing that you can not do
I believe, I believe, I believe
In you.
--- credit to Il Divo's I Believe in You ---
Sebuah perjalanan selalu ingin kumaknai, seperti 4.5 bulan lalu saat kupikul ranselku kembali ke asalku mencintai jalan ini, meski jauh. Seorang teman memberiku lagu ini, "untukmu yang selalu gelisah", katanya. Dan aku tersenyum, melangkah ke kembali ke nadirku, di titik awal aku mengejar matahari.
...
Mutiara Hitam
Dengan gelisah aku mencoba mengintip ke jendela Merpati yang membawaku ke ufuk timur tempat matahari yang kurindukan terbit untuk merayakan detik penghabisan seperempat abad hidupku di sana. Dari kejauhan mulai tampak daratan berpasir putih dan berbukit-bukit muncul membatasi laut. Jantungku berdegup kencang. There, in the land where the sun rises, I'd like to thanking God for 25 years of my life, the land that I chose to be the start of this journey, where all reasons laid in the sands and within the smiles of its children and the beauty of its girls. I knew, when I looked at the beaches, dry rivers and hills, I've chosen the right dot to start this journey. And it was about the time to return to the beginning.
Aku seperti surat yang dibawa oleh Merpati Pos, di mana tertulis kerinduan dan harapan. Seperti layaknya surat, aku akan mencari yang telah lama tak dijumpai, menemukan hal baru bahwa yang lama telah berubah bahwa yang dulu ada mungkin kini tak ada lagi. Kuhirup napas dalam-dalam, menyesuaikan diri kembali dengan terik matahari, menetapkan tekad bahwa apapun yang kutemui takkan melukaiku.
Sepi... kering... panas, itulah yg kutemui. Tenda-tenda pengungsian masih berserak di beberapa sudut kota, kesedihan pertama untukku. Melangkah kembali di antara mereka yang tak lagi kukenal, mencoba tersenyum pada wajah-wajah keras yang kosong, aku mengeraskan hati. Di setiap jalan dan tikungan aku menangkap bayangku sendiri, 15 tahun lalu saat keceriaan bocahku menyusurinya. Dentang lonceng katedral membawaku kembali ke masa itu, ketika pantai dan lorong kota menjadi taman bermain yang ramah. Melangkah riang di antara patroli pasukan khusus dan bertemu polisi militer berhelm putih yang selalu tegap berdiri menemani setiap perempatan. Menonton kerusuhan dan melihat betapa senjata bisa demikian melukai. Mendengar tangisan dan ratapan kehilangan. Menutup mata terhadap kekejaman manusia atas manusia. Mendoakan yang telah tiada dalam setiap misa yg kuhadiri. Dan menjalani hidup seakan semua itu kejadian dalam role-playing-game di komputer yang biasa kumainkan. Tidak pernah kusangka, akhirnya dalam kembaliku ini, aku mendoakan mereka yang dulu kukenal. Mereka yang juga "kalah" dalam role-playing-game itu. Kesedihan kedua untukku.
"Temanmu sudah meninggal" kata Madre Fatinha pelan. "Bukan karena perang, tapi karena melahirkan". Aku terpaku dan menambah coretan pada daftar sahabat yang ingin kutemui. Akhir yang sama, sebab yg berbeda, karena situasi yang sama. Kemiskinan, keterbatasan, ketidaktahuan, keangkuhan, kemalasan dan entah apa lagi yang dapat kusebut but not freedom, definitely not. Dili-Same-Ainaro-Suai-Liquisa, mutiara-mutiara hitam yang berkilat indah tercecer menghiasi untaian rosario negara ini.
Selangkah demi selangkah, setengah negara kutapaki demi kerinduan yang memuncak. Terpuaskan meski diwarnai kesedihan. Aku memeluk erat setiap kenangan yang muncul kembali. Sehingga kelak jika aku kembali lagi, aku tidak akan susah payah mengejarnya di tanah yang mulai melupakan hadirku. Menyusur sisa semangat itu. Mencari jiwa yang pernah hidup. Masihkah bernafas dalam dunia yang sama? Seperti dulu kala cita tercipta. Menggelitik logika untuk tidak berpaling. Menantang rasa untuk bertualang bersama. Purnama telah pudar, aku masih mencari.
Someday I'll find you
Someday you'll find me too
Kututup usia 25 dengan bersujud di kaki Christo Rey, menceritakan dan mensyukuri setiap detik dan setiap langkah yang telah kuambil, tanpa terkecuali. Someday I'll come again to this land, to re-charge my energy, to remember the root of all the steps, to review all reasons laid in the sands. The journey will be continued.
...
Dan di sinilah aku, 4.5 bulan kemudian, di pulau terpencil yang berjarak entah berapa puluh atau ratus ribu kilometer dari asalku mengejar matahari, sebagai bagian dari rangkaian perjalananku.
Damn wish to have you by my side, enjoying this journey.
luv,
-onk-
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment