Wednesday, October 3, 2007

kangen... (lagi)

Bak Air Tadah Hujan -- October 03, 2007


Dear Luv,
Dear Matahari-ku,


Apa kabar kalian?
Hope this letter finds you fit and fine, as cheerful as the last time I saw you. Change if you pleased, just gimme the right track so I can still find you when I get back.

Luv, kapan kita terakhir kali bertemu? Tiga atau empat bulan yang lalu? I remember still the way you looked at me. Benang kita yang terakhir kah waktu itu? Sehingga tak lagi aku bisa menikmati keheningan bersamamu. Langit malam terlalu pekat untukku sendirian menjadi bintang. Bagilah kembali riang itu untukku, meski sekedar tawa renyah yang jauh dan samar, karena tak lagi manis frappucino dan asam lemon tea hangat kita tersanding, tak ada lagi pahit Dji Sam Soe mu, tak ada lagi keasikan bertebaran dari halaman demi halaman buku yang kita raih dan jajaki, dan tak ada lagi denting gitarmu mengalun membawaku ke suatu petang di aula seribu jendela kita 5 tahun lalu. Lensamu dan lensaku telah memotret imajinasi yang berbeda, aku tahu itu. Aku hanya kangen, masih pantas kan? Kenapa kini kamu jauh, begitu jauh... sehingga jiwaku pun menjerit merindumu. Tidak banyak yang kupinta, hanya tawa renyahmu saja, untukku, sebagai sahabat jiwa gelisah ini, tidak lebih. Dan akan kuceritakan tentang matahariku. Dan ceritakanlah lagi padaku, tentang gadis itu. Bawalah aku terbang menembus awan logika dan ajarkan kembali tentang rasa. Jangan diamkan aku, sendiri dalam kegamangan rasa ini.

Nias begitu panas, sehingga aku semakin mengharap hujan. Demi kesejukan dan demi air yang sungguh kami butuhkan. Aku sudah mulai mengenalnya, setapak demi setapak menyusur lorong-lorongnya, menyapa penghuninya dan menghirup udara kering berdebunya. Bau amis dan asin bercampur dengan asap kendaraan. Tersenyum pada wajah-wajah lugu namun keras, berkutat dengan kehidupan pulau yang kering.

Tadi siang ada undangan dari Bappeda, ada focus group discussion katanya. Aku dengan semangat datang, kuajaklah Srinthil. Sampai di kantor Bappeda ternyata ruang rapatnya dipakai oleh rapat yang lain. Ya daripada bengong menunggu Godot ya pulanglah kami ke kantor. Memang gak jelas. Gak di Jogja, gak di Nias kok sama ya istiadat rapat gak jelas nya?

Matahariku, tetaplah baik seperti sekarang. Sehingga tidak terlalu sepilah hari-hariku. Entah sejak kapan aku mulai terbiasa denganmu. Sinar yang baru, dengan kehangatan yang memanja. Entah sampai kapan aku boleh menikmati kehangatanmu. Damn wish to have you as long as life allows. Dan aku mensyukuri keberadaanmu sangat. Hanya kadang gelisah bertanya, menelisik angan yang kepagian. Menggeliat enggan setiap subuh, menanti fajar merekah. Akankah matahari bersinar untukku hari ini?


Bersama keributan anjing tetangga dan riuh celoteh teman-teman, aku kangen kalian...


luv,
-onk-

No comments:

Post a Comment