Saturday, November 4, 2006

selagi sempat

November 03, 2006

Dear Luv,

Kehilangan seseorang itu memang sangat berat, apalagi kalau seseorang tersebut adalah orang yang sangat kita cintai. Aku memang belum pernah kehilangan orang yang dekat denganku untuk selamanya, tapi menyaksikan bagaimana Bulik menangis ketika mementaskan tarian sebagai wujud apresiasinya kepada Paklik dalam peringatan 100 hari meninggalnya Paklik tempo hari mau tak mau membuatku berpikir ke arah sana. Sungguh mengharukan tarian itu, gamelan yang mengiringi juga sendu selayaknya mewakili kesedihan tanpa batas.

Sedalam itukah ikatan jiwa seorang dengan yang lain dapat terbentuk? Itukah yg disebut cinta?

"Aku ingin mati dalam pelukan suamiku", itu yg akan menjadi jawabanku jika ada yg bertanya bagaimana atau dimana aku ingin menyambut kematianku. Karena akan sangat menyedihkan jika kita melepas kepergian yang tercinta dan tidak akan pernah ada waktu yang tepat untuk itu.

Tarian demi tarian, adegan demi adegan, bait-bait sajak, monolog, bahkan doa telah terpentaskan. Tapi dalam hati, pedih masih terasa ketika kesedihan masih menggantung di udara. Aku pun belum bisa memahaminya. Dalam senja yang membayang, seulas senyum untuk yang tercinta.

Selagi sempat,

-onk-

No comments:

Post a Comment