Dear Luv,
How's life there?
Masihkah mencari bintang yang dulu pernah kau tunjuk? Dingin angin lautmu apakah sama dengan yang dulu pernah membawaku padamu?
Hmm... Jogja udah mulai basah, yup... hujan pertama di musim ini. Kalau Jogja udah hujan gini jadi males mau pergi. Jadi enggak semangat mau keluar dari kota ini. Jogja emang nyaman, secara lahir dan besar disini, for me gak ada kota lain yang lebih nyaman dari Jogja.
Sebenernya pindah ke kota lain emang asik, awalnya. It's a challenge. Tapi berat. Yes it is, undeniably. Adaptasi lagi, kenalan sama kanan-kiri-atas-bawah lagi. Mulai dari menyesuaikan dengan pilihan transport dan makanan yg ditawarkan sampai ke gaya bicara dan busana [ehm... busana]. Buatku yg paling berat adalah bahasa. Oh it's damn hard when you're in a place where you know nothing about its language. Masih mending kalau hurufnya latin, nah kalau huruf yunani or thailand or japanese or other form of letters that we couldn't even differentiate one from each other... it's disaster. Yup, I've been there, so I know what am talking about here. It was frustating when I completely lost in translation.
One question: what do you do when you're in such situation?
Kalau aku sih, bermodal peta setempat dan bahasa tarzan seadanya bertanya sana-sini hehehew... it helped so far, but sometimes it just went wrong :D
Speaking of pindah ke kota laen --or perhaps ke negara laen-- dengan ini kuumumkan bahwasanya dku jd mo pindah ke Ibukota teretettetetett...! Oh well, smua akan baik-baik saja. Meskipun aku tau, pindah ke Jakarta is completely different from moving to Nias or other remote places. Aku sih lebih memilih utk pindah ke remote areas, to be frankly.
Aaanyway, secara maya, aku masih di sini, menapaki jalan yang sama, namun tidak sendirian. Aku dulu selalu berpikir untuk pergi, you know what, it's hard. No matter how far I go, aku selalu kembali. Perhaps so you can find me again, so you'll see me that am fine now.
Alrite, gotta split now, need to walk this road...
luv,
-onk-