December 13, 2006
Dear Luv,
Hujan menetes
dari ada ke tiada, dari tiada ke ada
"apa yang kau bawa?" tanyaku
"tidak ada" jawabnya, lalu mengalir pergi
Kosong. Suatu ketika dia berkata begitu, benarkah kosong?
November kemarin dia ulang tahun, Luv, sudah beberapa waktu ini aku berpikir untuk minta maaf, tapi ternyata aku tidak punya cukup keberanian. Minta maaf untuk apa? tanyamu. Untuk banyak hal yang telah kuperbuat yang menyakitinya Luv. Mungkin kamu tidak mengerti, tapi seperti kamu meminta maaf padaku, seperti itulah seharusnya aku minta maaf padanya. Terutama minta maaf karena aku tidak pernah bisa mencintainya dan tentu saja, dari situ semua berawal.
Jogja sudah mulai hujan, akhirnya. Aku selalu mencintai hujan, bahkan ketika hanya kekosongan yang dibawanya. Hujan sungguh membasuh kegalauan, meskipun mendungnya membuat fragmen memuncak mencapai klimaks ketika petir berkedip dan guntur berteriak. Tapi demi segarnya aroma tanah dan wangi rumput setelahnya, dan hembusan angin yang seakan meminta maaf atas kegalauan yang timbul, aku pun terlena menikmati indahnya hari.
ps: kali ini aku sungguh menyesal belum lagi membuat tulisan tentang Lhoks dan Davao, hmm.. semoga sempat sebelum Natal menjelang. Natal oh Natal... sebuah tulisan atau lebih seharusnya pantas. Ah.. kapan duniaku sepi dan aku sanggup menulis?
I'm not sorry to love you this much,
-onk-
Thursday, December 14, 2006
sorry to say sorry
Subscribe to:
Posts (Atom)